Jumat, 19 Oktober 2012

Cerpen Cinta dan Kasih

http://pusatseo.blogspot.com/2012/06/cerpen-tentang-cinta-dan-kasih-sayang.html

  Mentari terlihat cerah pagi ini,begitu juga cerahnya hati gadis cantik yang terlihat sangat ceria di pagi ini.Karena hari ini adalah hari yang sangat ditunggu oleh Chinta,ya. . . gadis berparas cantik itu bernama Chinta.
Hari ini adalah hari pertama Chinta masuk kuliah.Suasana baru dan juga teman baru tentu saja dihadapi oleh Chinta.
Dengan perasaan senang bercampur deg-deg an dia mulai melangkah menuju kampus tempatnya kuliah,perlahan dia melangkah melewati gerbang kampusnya.
“hai….” terdengar sapa seorang pria memecahkan lamunan Chinta.
“ehmmm…..hai juga” jawab Chinta sedikit ragu.
“kamu mahasiswi baru ya di sini?” dengan tersenyum manis pria itu mencoba mencairkan suasana yang terlihat beku antara mereka.
“iya,aku mahasiswi baru disini,” dengan masih dalam keraguan Chinta menjawab.
“salam kenal ya,aku Bintang,mahasiswa fakultas ekonomi semester 3.” Dengan lembut pria itu memperkenalkan dirinya.
“aku Chinta,” jawab Chinta singkat.
Dan ini adalah awal suasana baru yang akan dihadapi Chinta di tempat belajarnya yang baru.

---@---


Segar embun pagi ini menyambut hari indah untuk Chinta.

“ma….chinta berangkat ya.” Teriak Chinta dari kepada mamanya dari depan pintu.
“hari ini aku bakal ketemu Bintang gak ya?” gumam Chinta dalam hati,yang diam-diam mengagumi pria yang baru dikenalnya itu.
Setibanya di kampus,Bintang kembali menyapa Chinta di depan gerbang.Bintang sengaja menunggu Chinta pagi ini.
“hari yang cerah ya Chin?”
“eh…ka Bintang,iya ni ka cerah banget hari ini.”
“yaudah,,masuk bareng yuk,”
“ehm,,,iya ka”
Hari terus berganti,Chinta pun telah memiliki sahabat baik di kelasnya,dan keakraban pun mulai terjalin antara Chinta dan Bintang yang menjadikan cerita-cerita menarik di hari Chinta.
Misca, adalah sahabat Chinta yang selalu menemani Chinta dalam keadaan apapun.
“pagi Misca,,,,” sapa Chinta pada sahabat baiknya itu,
“pagi Chin,ceria banget sih kamu hari ini,ada apa nih?” saut Misca menjawab sapaan Chinta.
“ah biasa aja,perasaan kamu aja kali,,heheheh” jawab Chinta sambil beranjak meninggalkan Misca yang duduk di taman depan kampus.
“chinta,,,tungguin donk,main kabur aja sih kamu tu.” Teriak Misca mengejar langkah Chinta yang tidak terlalu cepat itu,hingga dapat dikejar oleh Misca.
“Chinta.kamu kenapa sih,,,aneh banget kayanya. Jangan-jangan kamu lagi jatuh cinta ya?” goda Misca kapada Chinta.
“apaan sih Mis,kamu tu ngaco kalo ngomong.lagian siapa juga yang lagi jatuh cinta,kamu tu suka banget tebak-tebak bagitu”
“ayolah Chin,gak usah bohong. Aku tau lho.” Desak Misca sambil menggoda Chinta dengan senyumnya yang misterius itiu.
“aku tu gak kenapa-napa Misca,gak percaya amat sih.” Elak Chinta malu,yang semakin membuat Misca yakin kalau Chinta sedang suka sama seseorang.
“ah…kamu tu masih aja ngelak sih,aku tau kok kalau kamu suka sama ka Bintang,iya kan?ayo ngaku?”
Namun kali ini Chinta tak menjawabnya,mereka berdua pun jadi sama-sama terdiam.
“hai Chinta,,,Misca,apa kabar?” tiba-tiba Bintang datang menyapa,memecahkan keheningan kedua gadis tersebut.
“hai ka” jawab Chinta dan Misca serentak.
“Chin,aku ke toilet dulu ya?” Misca pergi meninggalkan Chinta dan Bintang. Seakan dia memberikan kesempatan pada Chinta untuk berdua dengan Bintang.
Terlihat dari sorot mata keduanya bahwa ada benih-benih cinta yang tumbuh diantara Chinta dan Bintang. Laksana bunga tumbuh di musim semi,begitu indah dipandang mata,dan begitu tenang menentramkan jiwa setiap ala m yang melihatnya. Laksana mentari yang selalu menghangatkan manusia setiap hari. Tak terkecuali indahnya cinta Chinta kepada Bintang yang begitu menghangatkan jiwa.
“Chin besok ada acara gak?” suara Bintang mengalihkan Chinta, yang sebelumnya terus memandangi Misca yang pergi meninggalkan mereka berdua di taman kampus.
“ehm…kayanya gak ada deh,emangnya ada apa ka?” Chinta balik memandang Bintang yang dari tadi sudah duduk di kursi taman.
“kalo kamu gak ada acara,kita jalan yuk.”
“boleh tu,hehehe…aku juga bosen dirumah. Emang mau jalan kemana?” Chinta ikut duduk disamping Bintang.
“udah,besok kamu juga tau. Besok aku jemput jam 9 pagi ya”
“oke” jawab Chinta penuh semangat dengan senyumnya yang khas.
Dengan wajah ceria Chinta pergi meninggalkan Bintang dan mencari Misca yang dari tadi belum balik dari toilet. “kemana sih nie orang ke toilet lama banget” gumam Chinta dalam hati sambil celingukan mencari dimana Misca.
“hai Chinta.” Suara Misca mengagetkan Chinta yang dari tadi celingukan gak jelas.
“diech kamu Mis,udah tadi main kabur aja dari taman, eh malah sekarang ngagetin orang begini.”
“ciee…ciee…seneng banget nie kayanya?” goda Misca sambil senyum-senyum di samping pipi Chinta.
“iech Misca,apa-apaan sih,biasa aja kali”
“cerita dong sama aku.”
“iya nih, besok aku mau jalan sama ka Bintang. Menurut kamu gimana Mis?” dengan wajah merah Chinta mulai bercerita pada Misca.
“ya bagus dong, emang itu kan yang kamu inginkan dari kemarin”
“iya juga sih, doain ya nge-date pertamaku sama ka Bintang jadi berkesan.hehehe…”
“sip deh. Ngomong-ngomong kamu beneran suka kan sama ka Bintang? Ngaku aja deh,kelihatan dari mata kamu tau.”
“apakah mungkin ini yang namanya cinta ya Mis, aku ngrasa seneng banget kalo di deket ka Bintang. Aku juga suka deg-degan kalo ngliat ka Bintang.”
“ehemmm…eheemmm…yang lagi jatuh cinta. Yaudah deketin terus tu ka Bintang”
“tapi Mis, aku kan gak tau ka Bintang juga suka sama aku atau gak, aku juga gak tau dia udah punya pacar apa belum. Ntar aku dikira ngrebut pacar orang lagi” Tanya Chinta yang takut cintanya bertepuk sebelah tangan.
Dengan manis misca menjawab, “percaya sama aku deh Chin, ka Bintang tu juga suka sama kamu. Kamu gak usah khawatir begitu, ka Bintang juga belum punya pacar kok.”
“kamu tau dari mana Mis kalo ka Bintang belum punya pacar, jangan-jangan kamu Cuma nebak aja.”
“ya ampun Chin, aku tu serius. Kemarin aku denger ka Bintang ngobrol sama temennya, kalo dia tu belum punya pacar.”
“yang bener Mis?” Tanya Chinta penasaran.
“masa aku bohong sih sama sahabat aku sendiri. Percaya deh sama aku”

---@---


Siang pun berganti malam, keresahan pun mulai merajai hati Chinta. Namun keresahan itu dapat tertutupi oleh rasa bahagia yang dirasakan Chinta. Benih-benih cinta yang dulu tumbuh pun kini semakin bersemi di hati. Berharap menjadikan indah mimpi ala mini.

Pagi pun menjelang, mentari mulai terbit di ufuk timur. Hangat mentari menyinari dunia pagi ini. Ceria pun tampak di wajah Chinta, karena hari ini adalah hari pertama Chinta nge-date sama Bintang.
“Chinta, udah pagi ni, bangun sayang katanya mau jalan sama Bintang.” Dengan lembut mama membangunkan Chinta.
“iya ma, memang sekarang jam berapa?”
“jam 6 sayang, udah cepetan bangun sna. Mandi terus sarapan, mama udah ala m nasi goreng kesukaan kamu.”
“iya mama.”

---@---


Dengan hati yang berbunga Chinta berdiri di depan kaca, berputar-putar, memastikan penampilan dia sudah cantik atau belum. Tanpa sepengetahuan Chinta, ternyata mama dari tadi ada di depan pintu menyaksikan tingkah anaknya yang sedang jatuh cinta.

“anak mama cantik sekali.” Suara mama membuat Chinta kaget.
“mama…mama udah lama disitu?” sahut Chinta malu-malu.
“bener saying, kamu cantik banget.” Puji mama.
“makasih ma.”
“ting…tong…” tiba-tiba suara bel terdengar, dan Chinta pun bergegas mengambil tasnya lalu keluar kamar.
“itu pasti ka Bintang ma, ayo keluar ma.” Chinta mengajak mama keluar sambil berlari kecil.
“iya sayang, pelan-pelan jalannya ntar jatuh.”
“iya ma.”
Chinta berusaha menyembunyikan wajah gugupnya, perlahan ia membuka pintu. Dan Bintang pun menyapa Chinta.
“hai Chin, sudah siap jalan sama aku kan?” sambil tersenyum ia menyapa.
“hai ka, yaudah, berangkat yuk” ajak Chinta
“mama mana? Gak pamit dulu sama mama?”
“udah ka, tadi aku udah pamit sama mama.”
“Oh…yaudah ayo berangkat.”
Mereka berdua pun berangkat. Suasana masih kaku, karena tak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Hanya suara kendaraan yang lalu lalang di samping mereka lah yang terdengar. Setelah cukup lama hening, Bintang pun akhirnya memulai pembicaraan.
“kamu cantik banget hari ini Chin.”
“ah kakak bias aja, aku jadi malu nih ka,,hehe” jawab Chinta sambil tertawa kecil.
“bener Chin, kamu beda kalau gak pake baju seragam. Lebih cantik.”
“Ehm…kita mau kemana ka?” Tanya Chinta memotong Bintang.
“kakak punya tempat bagus untuk kita kunjungi. Disana tempat faforit kakak kalau lagi sendiri.”
“emangnya dimana ka?”
“udah, ikut aja, ntar juga nyampe kok.” Sambil tersenyum Bintang membuat Chinta makin penasaran.
Beberapa saat kemudian mereka tiba di tempat yang di maksud Bintang. Yaitu sebuah bukit kecil di pinggir kota yang sangat indah. Dari sana mereka dapat melihat keadaan kota bersama rimbun dedaunan dan bunga-bunga liar yang tumbuh di sekelilingnya, menambah cantik keindahan di tempat itu. Tempat yang sangat indah untuk melepaskan kepenatan yang dirasakan di kota yang sangat panas
Canda dan tawa pun menyelimuti Chinta dan Bintang, dua sejoli yang sedang merasakan indahnya jatuh cinta. Hingga tak terasa waktu pun telah berganti, mentari yang tadinya gagah di atas sana menyinari bumi, kini mulai condong dan semakin menambah keindahan pemandangan dari atas bukit. Dari sana mereka pandangi kota yang begitu padat kendaraan dan gedung-gedung tinggi. Indah suasana senja pun terlihat, mengikuti romantisme antara Chinta dan Bintang.
Betapa bahagianya hati Chinta menghabiskan hari yang indah ini bersama Bintang, seseorang yang di sayanginya.
“ka…makasih ya udah bawa aku ke sini. Aku seneng banget kakak bawa aku kesini. Ternyata di balik gedung-gedung tinggi itu, masih ada tempat seindah ini.”
“sama-sama Chin, aku juga seneng bisa menghabiskan waktu sama kamu. Sekarang kita pulang yuk, kapan-kapan lagi kita kesini.”
“iya kak.”

---@---


Hari itu adalah hari yang sangat membuat Chinta bahagia, orang yang ia sayang memberikan hari yang begitu indah untuk Chinta. Dan ala mini, Chinta terus membayangkan saat-saat indah bersama bintang, orang yang sangat ia sayangi. Malam pun semakin larut, Chinta pun bergegas tidur. Ia sudah tidak sabar ingin cepat-cepat pagi, karena Chinta ingin sekali bercerita pada sahabat baiknya.

Pagi pun menjelang, jam menunjukkan pukul 07.30 WIB, dan gadis berparas cantik itu pun sudah siap untuk berangkat ke kampusnya. Tak lupa Chinta menghampiri Misca untuk berangkat kuliah bersama.
Tanpa basa-basi Chinta langsung menceritakan semua yang telah ia lalui bersama Bintang hari minggu kemarin, dan tidak ada satu peristiwa pun yang terlewatkan. Tak terasa mereka berdua sudah sampai di depan kampus. Misca turut senang mendengar cerita Chinta.

Suku Ambon

KEBUDAYAAN AMBON 


A. IDENTIFIKASI BUDAYA AMBON
Ambon adalah sebuah suku yang mendiami daerah kepulauan yang sekarang terletak di Provinsi Maluku. Nama Maluku sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yakni al-muluk. Penamaan tersebut dikarenakan yang membuat peta daerah Maluku adalah para sarjana geografi Arab. Tetapi setelah Belanda masuk, kata tersebut dirubah menjadi Maluku.
Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melania Pasifik, yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudera Pasifik. Sementara itu suku pendatang kebanyakan berasal dari daerah Buton, Makassar, Bugis, Cina dan Arab. Maluku juga memiliki ikatan tradisi dengan bangsa-angsa kepulauan pasifik seperti bahasa, lagu daerah, makanan, perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik.
Orang-orang suku Ambon umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat. Profil tubuh mereka lebih atletis dibandingkan dengan suku lain di Indonesia dikarenakan aktifitas utama mereka merupakan aktifitas laut seperti berlayar dan bernenang.
Pendukung kebudayaan di Maluku terdriri dari ratusan sub suku, yang dapat diindikasikan dari pengguna bahasa lokal yang diketahui masih aktif dipergunakan sebanyak 117 dari jumlah bahasa lokal yang pernah ada. Meskipun masyarakat di daerah ini mencerminkan karakteristik yang multikultur, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan nilai budaya sebagai representasi kolektif. Salah satunya adalah filosofi Siwalima yang selama ini telah melembaga sebagai cara pandang masyarakat tentang kehidupan bersama dalam kepelbagaian. Di dalam filosofi ini, terkandung berbagai pranata yang memiliki nlai umum dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Maluku.
Pulau Ambon merupakan pulau yang terletak di Kepulauan Maluku, di selatan Pulau Seram. Saat ini merupakan letak kota Ambon ibukota dari provinsi Maluku.

B. KEHIDUPAN SOSIAL KEMASYARAKATAN
Desa adat suku Ambon dibangun sepanjang jalan utama antara satu desa dengan desa yang lain saling berdekatan, atau bisa juga dalam bentuk kelompok yang terdiri dari rumah-rumah yang dipisahkan oleh tanah pertanian. Bentuk kelompok kecil rumahrumah itu disebut ”Soa”. Rumah asli Ambon, sama seperti di Nias, Mentawai, Bugis Toraja, dan suku lainnya di Indonesia, dibangun dengan tiang kayu yang tinggi. Beberapa “Soa” yang letaknya berdekatan satu dengan yang lain dalam sebuah kampung yang disebut dengan ”Aman”. Kumpulan dari beberapa ”Aman” disebut dengan ”Desa” yang juga disebut dengan ”Negari” dan dipimpin oleh seorang ”Raja” yang diangkat dari klen-klen tertentu yang memerintah secara turun-temurun, dan kekuasaan di dalam negari dibagi-bagi untuk seluruh klen dalam komunitas negeri. Pusat dari sebuah Negari dapat dilihat dengan adanya balai pertemuan, rumah raja, gereja, masjid, rumah alim ulama, toko, dan kandang berbagai hewan peliharaan.
Dalam proses sosio-historis, ”negari-negari” ini mengelompok dalam komunitas agama tertentu, sehingga timbul dua kelompok masyarakat yang berbasis agama, yang kemudian dikenal dengan sebutan Ambon Sarani dan Ambon Salam. Pembentukan negeri seperti in memperlihatkan adanya suatu totalitas kosmos yang mengentalkan solidaritas kelompok, namun pada dasarnya rentan terhadap kemungkinan konflik. Oleh sebab itu, dikembangkanlah suatu pola manajemen konflik tradisional sebagai pencerminan kearifan pengetahuan lokal guna mengatasi kerentanan konflik seperti Pela, Gandong; yang diyakini mempunyai kekuatan supranatural yang sangat mempengaruhi perilaku sosial kedua kelompok masyarakat ini; dan hubungan kekerabatan lainnya.

C. SISTEM KEMASYARAKATAN
Dalam kehidupan masyarakat Maluku pada umumnya dan Ambon pada khususnya, hubungan persaudaraan atau kekeluargaan terjalin atau terbina sangat akrab dan kuat antara satu desa atau kampung dengan desa atau kampung yang lain. Hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang terbentuk secara adat dan merupakan budaya orang Maluku atau Ambon yang sangat dikenal oleh orang luar itu dinamakan dengan istilah “PELA”.
Hubungan pela ini dibentuk oleh para datuk atau para leluhur dalam ikatan yang begitu kuat. Ikatan pela ini hanya terjadi antara desa kristen dengan desa kristen dan juga desa kristen dengan desa islam. Sedangkan antara desa Islam dengan desa Islam tidak terlihat (Frank L. Cooley, Mimbar dan Takhta, Jakarta: PSH, 1987, hlm 183). Dengan demikian, walaupun ada dua agama besar di Maluku (Ambon), akan tetapi hubungan mereka memperlihatkan hubungan persaudaraan ataupun kekeluargaan yang begitu kuat. Namun seperti ungkapan memakan si buah malakama atau seperti tertimpa durian runtuh, hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang begitu kuatpun mendapat cobaan yang sangat besar, sehingga tidak dapat disangkali bahwa hubungan yang begitu kuat dan erat, ternyata pada akhirnya bisa diruntuhkan oleh kekuatan politik yang menjadikan agama sebagai alat pemicu kerusuhan yang sementara bergejolak di Maluku (Ambon), yang sampai sekarang sulit untuk dicari jalan keluarnya.
Hubungan persaudaraan dan kekeluargaan yang begitu kuat dipatahkan dengan kekuatan agama yang dilegitimasi oleh kekuatan politik hanya karena kepentingan-kepentingan big bos atau orang-orang tertentu. Apakah budaya “Pela (Gandong)” bisa menjadi jembatan lagi untuk mewujudkan rekonsiliasi di Maluku (Ambon)? Inilah yang masih merupakan pergumulan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap ”Soa” dipimpin oleh seorang kepala ”Soa”, yang bertugas mengerjakan urusan administrasi harian, baik itu urusan tradisional, maupun untuk urusan pemerintahan Indonesia. Sedangkan beberapa kesatuan ”Soa” yang disebut dengan ”Negari”, dipimpin oleh seorang ”raja” yang diangkat berdasarkan keturunan. Tetapi walaupun ”raja” diangkat berdasarkan keturunan, aturan adat suku Ambon dalam memilih suatu pemimpin, pada umumnya dilakukan dengan cara pemilihan dengan cara pemungutan suara. Berikut adalah beberapa ”Sanitri” atau pejabat tradisional dalam kehidupan sosial masyarakat Suku Ambon :
Tuan tanah
Seseorang yang ahli dalam bidang pertanahan dan kependudukan
 Kapitan
Seseorang yang ahli dalam peperangan
 Kewang
Seseorang yang bertugas untuk menjaga hutan
Marinyo
Seseorang yang bertugas memberikan berita dan pengumuman. Dalam kemasyarakatan Suku Ambon, banyak dijumpai Organisasiorganisasi kemasyarakatan yang memiliki berbagi macam visi dan misi. Berikut beberapa contoh organisasi kemasyarakatan Suku Ambon :
Patalima
Lima bagian, merupakan orang-orang yang tinggal di sebelah timur. Namun dilihat dari sejarah di mana Suku Ambon pernah dikuasai oleh Ternate dan Tidore, organisasi ini nampaknya dibentuk untuk menunjukkan pengaruh kerajaan Ternate dan Tidore, dan juga untuk membantu pertahanan dari serangan musuh.
Jajaro
Organisasi kewanitaan Suku Ambon
Ngungare
Organisasi kepemudaan
Pela Keras
Organisasi antar Soa yang fokus pada kegiatan kerjasama suatu proyek antar Soa, peperangan, dan lain-lain.

Pela Minum Darah
Hampir sama dengan Pela Keras. Organisasi ini mengikat persatuan mereka dengan cara meminum, darah mereka masing-masing yang dicampur menjadi satu.
Pela Makan Sirih
Organisasi antar Soa yang fokus pada bidang pembangunan masjid, gereja, dan sekolah
Muhabet
Organisasi yang mengurus semua kegiatan upacara kematian
Patasiwa
sembilan bagian, merupakan kelompok orang-orang Alifuru yang bertempa tinggal di sebelah baratsungai mala sampai ke Teluk upa putih di sebelah selatan. Patasiwa dibagi menjadi dua kelompok yaitu patasiwa hitam dan patasiwa putih. Patasiwa hitam wargawarganya di tato, sedangkan patasiwa putih tidak.

Pengertian Pela
Pela berasal dari kata “Pila” yang berarti “buatlah sesuatu untuk bersama”. Sedangkan jika ditambah dengan akhiran -tu, menjadi “pilatu”, artinya adalah menguatkan, usaha agar tidak mudah rusuh atau pecah. Tetapi juga ada yang menghubungkan kata pela ini dengan pela-pela yang berarti saling membantu atau menolong. Dengan beberapa pengertian ini, maka dapat dikatakana bahwa PELA adalaah suatu ikatan persaudaraan atau kekeluargaan antara dua desa atau lebih dengan tujuan saling membantu atau menolong satu dengan yang lain dan saling merasakan senasib penderitaan. Dalam arti bahwa senang dirasakan bersama begitupun susah dirasakan bersama (Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Maluku, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978, hlm 27). Ikatan pela ini diikat dengan suatu sumpah dan dilakukan dengan cara minumdarah yang diambil dari jari-jari tangan yang dicampur dengan minuman keras lokal maupun dengan cara memakan sirih pinang. Hubungan pela ini biasanya terjadi karena ada peristiwa yang melibatkan kedua kepala kampung atau desa, dalam rangka saling membantu dan menolong satu sama lain. Dalam ikatan pela ini memiliki serangkaian nilai dan aturan yang mengikat masingmasing pribadi yang tergabung dalam persekutuan persaudaraan atau kekeluargaan itu. Aturan itu antara lain adalah: tidak boleh menikah sesama pela atau saudara sekandung dalam pela. Jika hal ini dilakukan maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadi hukuman bagi yang melanggaranya (op.cit., Cooley, hlm 184).

Jenis-Jenis Pela
a)      Pela Keras Atau Pela Minum Darah
Dikatakan demikian oleh karena pela ini ditetapkan melalui sumpah para pemimpin leluhur kedua belah pihak dengan cara meminum darah yang diambil dari jari-jari mereka yang dicampur dengan minuman keras lokal dari satu gelas. Hal ini memateraikan sumpah persaudaraan untuk selama-lamanya. Pela ini biasanya atau umumnya adalah hasil dari keadaan perang. Artinya bahwa setelah kedua kapitan dari dua desa tersebut saling bertarung dan pada akhirnya tidak ada yang bisa saling mengalahkan, maka diangkat sumpah untuk mengakhiri permusuhan itu. Sumpah itu dimaksudkan untuk mengikat “persaudaraan darah” untuk selamanya. Sehingga dalam perkembangannya jika yang satu mereka susah atau memerlukan bantuan, maka yang lain harus membantu. Inilah komitmen yang sudah merupakan kewajiban ataupun keharusan. Semua warga dari desa-desa yang angka pela ini tidak terlepas dari tuntutan-tuntutan, antara lain:
- tidak boleh menikah
- saling membantu dan memikul beban.
Pela keras ini biasa disebut juga dengan pela tuni ataupun pela batukarang.
b)      Pela Lunak Atau Pela Tampa Sirih
Jenis pela ini tidak diikat dengan sumpah yang memakai darah, tetapi hanya dengan memakan sirih pinang. Ikatan pela ini terjadi karena bertemu dalam situasi yang mengundang untuk saling membantu, misalnya pada saat terjadi angin ribut ada yang menolongnya. Ataupun juga pela jenis ini terbentuk melalui kegiatan masohi atau bantuan tenaga dari satu desa pada desa lain. Pela ini tidaklah keras, karena tidak dilarang untuk menikah sesama pela.
c)      Pela Ade Kaka
Pela jenis ini pada umumnya merupakan hasil pertemuan kembali antara adik-kakak yang bersaudara dimana tadinya berpencar dan telah membentuk kampung sendiri. Umumnya pela saudara ini berlangsung antara kampung-kampung yang beragama kristen dan Islam. Pela ini biasanya dikenal dengan nama Pela Gandong. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa walaupun ada berbagai jenis pela akan tetapi semuanya mempunyai hakekat yang satu, yaitu ikatan persaudaraan atau kekeluargaan yang berlangsung untuk selamanya karena diikat dengan sumpah darah.

Panas Pela
Panas Pela adalah suatu kegiatan yang dilakukan setiap tahun antara desa yang telah sama-sama mengankat sumpah dalam ikatan pela untuk mengenangkan kembali peristiwa angka pela yang terjadi pada awalnya. Selain itu juga kegiatan panas pela ini juga pada intinya adalah untuk lebih menguatkan, mengukuhkan hubungan persaudaraan dan kekeluargaan.

Hubungan Budaya Pela Dengan Rekonsiliasi
Pada hakikatnya pela telah mengandung unsur rekonsiliasi. Oleh karena dalam budaya pela itu sendiri dinyatakan bagaimana ikatan yang kuat dalam menjalin kedamaian ata kehidupan yang saling merasakan susah dan senang secara bersama. Akan tetapi dengan melihat situasi yang terjadi akhir-akhir ini yang menumbangkan ikatan pela oleh karena ikatan agama yang begitu kuat karena permainan politik yang menggunakan agama sebagai kendaraan, maka tidak dapat disangkal, pasti semua orang akan bertanya mengapa ikatan persaudaraan yang begitu kuat mengikat hubungan antara desa yang satu dengan yang lain, apalagi ikatan agama dapat runtuh. Inilah suatu pergumulan.



D. SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal yang diiringi pola menetap patrilokal. Kesatuan kekerabatan amat penting yang lebih besar dari keluarga batih adalah mata rumah atau fam yaitu suatu kelompok kekerabatan yang bersifat patrilinal.
Mata rumah penting dalam hal mengatur perkawinan warganya secara exogami dan dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah deti yaitu tanah milik kerabat patrilineal. Disamping kesatuan kekerabatan yang bersifat unilateral itu ada juga kesatuan lain yang lebih besar dan bersifat bilateral yaitu famili atau kindred. Famili merupakan kesatuan kekerabatan di sekeliling individu yang terdiri dari warga-warga yang masih hidup dari mata rumah asli yaitu semua keturunan keempat nenek moyang.

E. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian orang Ambon pada umumnya adalah pertanian di ladang. Dalam hal ini orang membuka sebidang tanah di hutan dengan menebang pohon-pohon dan membakar batangbatang serta dahan-dahan yang telah kering. Ladang-ladang yang telah dibuka dengan cara demikian hanya diolah sedikit dengan tongkat kemudian ditanami tanpa irigasi. Umumnya tanaman yang mereka tanam adalah kentang, kopi, tembakau, cengkih, dan buahbuahan. Selain itu, orang Ambon juga sudah menanam padi dengan teknik persawahan Jawa.
Sagu adalah makanan pokok orang Ambon pada umumnya, walaupun sekarang beras sudah biasa mereka makan. Akan tetapi belum menggantikan sagu seluruhnya. Tepung sagu dicetak menjadi blok-blok empat persegi dengan daun sagu dan dinamakan tuman. Cara orang Ambon makan sagu dengan membakar tuman atau dengan memasaknya menjadi bubur kental (pepedu).
Disamping pertanian, orang Ambon kadang-kadang juga memburu babi hutan, rusa dan burung kasuari. Mereka menggunakan jerat dan lembing yang dilontarkan dengan jebakan. Hampir semua penduduk pantai menangkap ikan. Orang menangkap ikan dengan berbagai cara, yaitu dengan kail, kait, harpun dan juga jaring. Perahu-perahu mereka dibuat dari satu batang kayu dan dilengkapi dengan cadik yang dinamakan perahu semah. Perahu yang lebih baik adalah perahu yang dibuat orangorang ternate yang dinamakan pakatora. Perahu-perahu besar untuk berdagang di Amboina dinamakan jungku atau orambi.
F. AGAMA DAN ADAT
Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku.
Pemantapan kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama masih mengalami gangguan khususnya selama pertikaian sosial di daerah ini. Redefinisi dalam rangka reposisi agama sebagai landasan dan kekuatan moral, spiritual serta etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh melalui pendidikan agama agar dapat mendorong munculnya kesadaran masyarakat bahwa perbedaan suku, agama ras dan golongan, pada hakekatnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Terkait dengan itu, maka peran para pemuka agama dan institusi-institusi keagamaan dalam mendukung terciptanya keserasian dan keselarasan hidup berdasarkan saling menghormati diantara sesama dan antar sesama umat beragama.

G. UPACARA ADAT
  • Antar Sontong
Antar sontong yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera untuk mengundang cummi-cumi dari dasar laut mengikuti cahaya lentera mereka menuju pantai di mana masyarakat sudah menunggu mereka untuk menciduk mereka dari laut.
  • Pukul Manyapu
Pukul manyapu adalah acara adat tahunan yang dilakukan di Desa Mamala-Morela yang biasanya dilakukan pada hari ke 7 setelah Hari Raya Idul Fitri.

H. SISTEM PERKAWINAN
Orang Ambon mengenal tiga macam cara perkawinan yaitukawin lari, kawin minta dan kawin masuk.
Kawin Lari atau Lari Bini adalah sistem perkawinan yang paling lazim. Hal ini terutama disebabkan karena orang Ambon umumnya lebih suka menempuh jarak pendek untuk menghindari prosedur perundingan dan upacara. Kawin lari sebenarnya tidak diinginkan dan dipandang kurang baik oleh kaum kerabat wanita namun disukai oleh pihak pemuda. Terutama karena pemuda hendak menghindari kekecewaan mereka bila ditolak dan menghindari malu dari keluarga pemuda karena rencana perkawinan anaknya ditolak oleh keluarga wanita. Bisa juga karena takut keluarga wanita menunggu sampai mereka bisa memenuhi segala persyaratan adat.
Bentuk perkawinan ang kedua adalah Kawin Minta yang terjadi apabila seorang pemuda telah menemukan seorang gadis yang hendak dijadikan istri, maka ia akan memberitahukan hal itu kepada orang tuanya. Kemudian mereka mengumpulkan anggota famili untuk membicarakan masalah itu dan membuat rencana perkawinan. Disini diperbincangkan pula pengumpulan kekayaan untuk membayar mas kawin, perayaan perkawinan dan sebagainya. Akan tetapi cara perkawinan semacam ini umumnya kurang diminati terutama bagi keluarga ang kurang mampu karena membutuhkan biaya yang besar.
Bentuk perkawinan yang ketiga adalah Kawin Masuk atau Kawin Manua. Pada perkawinan ini, pengantin pria tinggal dengan keluarga wanita. Ada tiga sebab utama terjadinya perkawinan ini:
  1. Karena kaum kerabat si pria tidak mampu membayar mas kawin secara adat.
  2.  Karena keluarga si gadis hanya memiliki anak tunggal dan tidak punya anak laki-laki sehingga si gadis harus memasukkan suaminya ke dalam klen ayahnya untuk menjamin kelangsungan klen.
  3. Karena ayah si pemuda tidak bersedia menerima menantu perempuannya yang disebabkan karena perbedaan status atau karena alasan lainnya.
Orang-orang yang beragama Islam pada umumnya menikah sesuai dengan hukum Islam. Namun disini juga terjadi hal yang sama, yaitu apabila sang suami belum mampu membayar mas kawin menurut adat maka wanita itu tidak perlu ikut bersama suaminya. Selain wajib membayar mahar (mas kawin menurut hukum Islam), pengantin laki-laki juga harus membayar harta adat yang berupa sisir mas, gong dan madanolam. Secara umum, poligini diijinkan, kecuali bagi mereka yang beragama Nasrani.